Hey, saat ini kusedang
melamunkanmu yang berada dalam kejauhan.
Bisakah kau lihat di
atas hulumu?
Awan. Bulan. Bintang
berejakan kalut asaku.
Malam ini awan begitu
pekat, bulan begitu kuat, dan bintang terlalu kiat.
Engkau tahu? Dari
pekat, kuat, hingga kiat mengandung makna terampuh untuk ku berbagi.
Awalnya dari awan
pekat, awan pekat semacam awan kental, jenuh melindungi bumi dari kehancuran.
Biarpun demikian, ia terus bertahan di tengah cintanya pada sang bumi.
Kedua, bulan begitu
kuat
Bulan kuat itu bukankah
karena matahari yang membantu memancarkan cahyanya. Ya, benar maka itu bumi
selalu diam walau bulan dan matahari sedang bercekcok merebutkan cahyanya.
Ketiga, bintang terlalu
kiat
Bintang terlalu kiat
ialah ketikaku tak mampu lagi menalarkan imaji pada tulisanku, Namun tetap
memaksaku mengendap pada endapan sepi yang meraung melawan egoisasi.
Dalam tulisan ini, aku
hanya ingin segalanya bisa sesempurna seperti apa yang tuhan berikan. Pekat,
kuat, hingga kiat menyatu menjadi satu. Walau perbedaan mengenyahkan persamaan,
namun mereka tetap mampu hidup dengan penuh keselarasan.
Aku
pikir ini akan menjadi satu alasan kita yang tak lagi berdekatan.
Yang tak lagi berdiri di panggung yang sama, namun tetap
menjalaninya dengan penuh
tangguhan pertanggungjawaban.