Redup
angkupnya menyalahkan kesalahan.
Meneruskan pijakan pada setiap goa
kehidupan.
Tuhan telah menawarkan hidup dengan
kegelapan.
Menjanjikan cahaya kehausan
menelungkup teguh dalam anggukan.
Memang benar, bukan terang lilin
yang selalu mendera,
Bukan juga gelap dalam kenestapaan
jawabnya.
Tapi kesempatan baru untuk menjadi
kecil dalam semestanya.
Menjadi besar dalam catatan
kanannya.
Mungkin
akan sama dengan buah yang mengait pada pohonnya, menggantungkan kesabaran dan
syukuran.
Syukuran
akan bemaknanya arti dari setiap detak gumpal yang menguasai alurnya, kesabaran
yang selalu setia menerka cobaan keharusan hidupnya.
Aku tau ya rabb, aku sadar, siapalah
aku?
Bukankah hanya manusia abu yang
ingin meluruhkan noda dalam tangisku, membuntutinya
dengan hadapan harapku.
Yaa Rabbi, ku sangat menyadari manusia
hanyalah semut kutuk-MU.
Kumohon relakanlah secercah ridho manusia-MU,
ikhlaskanlah sebutir syafaat nabi pilihan-MU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar