Jumat, 21 November 2014

Tak Ikhlasnya Keputusan

Diary ..
Aku tak tahu harus memulai cerita darimana. Yang selalu ku ingat, sejak itu tanggal bulan ke tiga  lebih 3 hari dari 5 november 2013. Tepatnya sabtu malam. Aku dan nya bertemu di tempat luasan air.

Aku dan nya seakan orang yang tak pernah saling mengenal. Sama menatap namun pandangan seolah sedang mencuri keasingan. Merasa asing dengan kata kita. Kau benar diary.

Sesekali mata saling berhadapan, Dehem kecut yang ia ciptakan kali ini.
Aku tak mampu menahan gigitan debar hati dalam rasaku. Aku berusaha melemparkan suasana kacau pada desikan angin siup. Begitu juga dia. Dia menjauhkan suasana terencanakannya dengan penuh rasa tak bersalah.

“Lihat aku !“ suruan bengis yang ia minta padaku. Namun aku tetap tak berani melihat matanya yang penuh rencana.
“Aku ingin sendiri”
Kalimat singkat dari suara kebal seorang lelaki yang mengaku cinta. Awalnya, benar ku tak tahu arti sikap dinginnya pada akhir ini. Aku selalu menebak-nebak kejadian teromantis yang akan dia ciptakan hari ini, namun  kenapa ini terasa begitu menyakitkan.
**
“itu baik untukmu?” tanyaku penuh kekhawatiran.
“aku tak tahu ini baik atau tidak. Yang jelas untuk saat ini, ini baik untukku.” Tatapan kilas dari mata penuh harapnya.
Jujur, aku mulai tak mengerti setiap kata yang ia ucapkan. Hingga akhirnya pertanyaan tak terduga aku tanyakan “itu berarti?”
“Kita putus”
suara pelan dengan arti yang tak sederhana. Menaruh gelengan kepala yang secara tegas berkata tidak. Namun jelas kau telah memaksa tangan untuk tetap berlambai. Menunjuk tepik untuk segera berbalik dan menghilang.
Bagaimana bisa? seorang yang begitu benci melihat perempuannya menangis justru menjadi penyebab utama mengapa perempuan itu menangis. Bukankah ini sangat lucu diary?  Entahlah L

Tidak ada komentar: