Senin, 10 Maret 2014

Cinta Tak Berargumen

Jangan kau tanya argumenku mencintaimu.
Aku tak pernah punya alasan tuk katakan sebab dan karena.
Aku tak pernah tau tentang makna dari harap, ingin sampai hendak.
Yang ku tahu hanya rasa yang semakin lama semakin menyengat dunia nyata.
Sampai terlintas untuk ku tanyakan.
Apa itu cinta kasih?
Sampai tak terkecuali ku lakukan pertanyaan itu setiap hari, setap detik, dan setiap waktu.
Jawaban pertanyaan simple itu selalu berlalu lalang menjelma kesempurnaan.
Namun aku belum juga mengerti.
Semua seolah hadir di tengah kupu bunga keindahan.
Mengayup ribuan madu tak terhinggakan.
Dan tahukah engkau kasih?
Bahwaku merasakan rasa terabadi didalammu.
Menikam kuat pada setiap bulir senyummu.
Entah,
Ini atau itu arti mencintai.
Karena realita yang ku tau semua sama dengan kembang dan kempisnya dada.
Menyatu dalam sedih hingga bahagia. 

Alasan Waktu


Pagi yang berembun penuh pekat dimatanya.
Siang yang panas mengganggu istirahatnya.
Sore yang mengembang selalu menjauhkan untuk menyapanya.
Dan malam yang larut tak tega ku goyahkan mimpi mimpi indahnya.
Kenapa?
Waktu seakan tak pernah berpihak untuk ku tanyakan.
Tahukah engkau waktu?
Bahwa aku tak pernah bisa untuk tak menanyakan bagaimana ia disana.
Tak pernah jenuh lalui hari tanpa ia.
Dan tak pernah bosan menantikan hadir senyum bahagianya.
Juga tahukah engkau waktu?
Aku disini sedang mengisyaratkan hati dengan bermacam problema.
Melagukan rasa dengan bermacam luka.
Masi ragukah wahai engkau waktu?
Hingga begitu tega kau memberdayaku menapaktilasi dunia ini dengan angin berhamburan.
Bukan ku lelah.
Bukan ku tak mau.
Hanya saja, ini tak adil tuk ku arungi.
Terlalu dramatis tuk kuhadapi.
Duhai waktu, lelucon apa yang engkau siapkan?
Ku minta jangan bocorkan hari ini.
Aku belum siap menelannya saat ini.
Aku benar benar ingin melampauinya kali ini.
Tolonglah waktu, aku hanya tak ingin benar ia menapaki hati yang salah.
Hanya itu, harap dan pintaku.

Kekuasaan

Redup angkupnya menyalahkan kesalahan.
Meneruskan pijakan pada setiap goa kehidupan.                                                                         
Tuhan telah menawarkan hidup dengan kegelapan.
Menjanjikan cahaya kehausan menelungkup teguh dalam anggukan.
Memang benar, bukan terang lilin yang selalu mendera,
Bukan juga gelap dalam kenestapaan jawabnya.
Tapi kesempatan baru untuk menjadi kecil dalam semestanya.
Menjadi besar dalam catatan kanannya.
Mungkin akan sama dengan buah yang mengait pada pohonnya, menggantungkan kesabaran dan syukuran.
Syukuran akan bemaknanya arti dari setiap detak gumpal yang menguasai alurnya, kesabaran yang selalu setia menerka cobaan keharusan hidupnya.
Aku tau ya rabb, aku sadar, siapalah aku?
Bukankah hanya manusia abu yang ingin meluruhkan noda dalam tangisku, membuntutinya dengan hadapan harapku.
Yaa Rabbi, ku sangat menyadari manusia hanyalah semut kutuk-MU.
Kumohon relakanlah secercah ridho manusia-MU, ikhlaskanlah sebutir syafaat nabi           pilihan-MU.