Sore
sedang berisi harap.
Kau
datang mengajakku jalan pada jalan lurus menyiku kota
Sembringahku
mengenai hal itu
Bagaimana
tidak, sudah lama ku rasakan getar berbeda dalam diriku.
Hanyaku
tak mampu tuk benar mengatakan
Mau
kemana dik?
Sebut
tanyamu membuka keheningan ramai.
Kau
menanyaiku ka? Aku tak tahu. Aku hanya ikut denganmu
**
Sampai
pada lampu lintas kedua kami hanya berkeling dengan sekejap. Memutuskan tempat
pada air penuh karang, Pantai? Ya benar.
Dengan
suguhan 2 serutan buah kelapa kami bersama. Berbincang tentang hal ini dan itu
hingga semuanya. Untuk apa? Ya tak lain bertujuan untuk lebih saling mengenal.
**
Matahari
mulai bersembunyi. Suara desakan maghrib mulai terdengar.
Kami
beranjak pulang menuju Alun kota, tempat ramai penuh manusia.
duduk
pada 1 bangku panjang berukuran setengah meter.
“Dik?”
“Mmm?”jawabku
mendengkur
”
Sini. Liat sini! musuh bicaramu ada disini. Coba lihat aku”
Masyaallah,
serasa terlempar syurga kesyahduan. Benarkah ini tuhan? Polos wajahnya
hancurkan keresahan. Inikah bintang terindah dalam kehidupan?
**
“hei,
kenapa kau melamun dik?”
Ucapnya
pecahkan suasana hening di tengah keramaian.
“ah
tidak tidak, iya kak? Ada apa?”
“tidak,
maukah kau jadi pacarku?”
Salah
tingkah, gugup, antara senang dan takut. Specchless banget.
“Kau
tak lagi bercanda? Heiii, kita baru saja saling mengenal.”
“Justru
itu ku ingin mengenalmu lebih dalam dengan cara ini. Entah kenapa? Rasanya terlalu hina
tuk jadi pengecut dalam percintaan. Aku tak bisa berlama lagi dik. Maukah?”
“Aku
tak tahu kak”
Jawaban
terbohong yang pernah ku ucapkan ketika tak kuasanya ku tahan nyata.
“Setidaknya
ada jawaban. Kau merasakan getar itu?”
“Ehem”
“Ijinkan aku berteduh dalam dekapmu hari ini sampai nanti. Aku begitu ingin menjagamu. Ini bukan tentang perlombaan yang berujung kemenangan. Tapi ini hati dengan penuh pertanggungjawaban hati. Ku harap kau jaga setiaku dalam kejauhan nanti. Ku tunggu kau di kotaku.”
“Ijinkan aku berteduh dalam dekapmu hari ini sampai nanti. Aku begitu ingin menjagamu. Ini bukan tentang perlombaan yang berujung kemenangan. Tapi ini hati dengan penuh pertanggungjawaban hati. Ku harap kau jaga setiaku dalam kejauhan nanti. Ku tunggu kau di kotaku.”
“aku
akan segera hadir di kotamu. Menyusulmu untuk kita. Menjalin asa penuh cita
bersama. Aku mencintaimu”
“Akupun,
“tetaplah
jadi kau yang tak pernah berubah untukmu. Aku menyayangimu setulus itu.”
Kau memandangku penuh
harap. Memegang tanganku penuh ikhlas. Lalu mendekapku dengan penuh rasa. Aku
mengerti kau sedang melepas kuatnya hati yang akan kau jaga. Membimbing hati
tulus tak terpuji. 5 november 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar