Sabtu, 22 Maret 2014

Awan Bulan Bintang


Hey, saat ini kusedang melamunkanmu yang berada dalam kejauhan.
Bisakah kau lihat di atas hulumu?
Awan. Bulan. Bintang berejakan kalut asaku.
Malam ini awan begitu pekat, bulan begitu kuat, dan bintang terlalu kiat.
Engkau tahu? Dari pekat, kuat, hingga kiat mengandung makna terampuh untuk ku berbagi.
Awalnya dari awan pekat, awan pekat semacam awan kental, jenuh melindungi bumi dari kehancuran. Biarpun demikian, ia terus bertahan di tengah cintanya pada sang bumi.
Kedua, bulan begitu kuat
Bulan kuat itu bukankah karena matahari yang membantu memancarkan cahyanya. Ya, benar maka itu bumi selalu diam walau bulan dan matahari sedang bercekcok merebutkan cahyanya.
Ketiga, bintang terlalu kiat
Bintang terlalu kiat ialah ketikaku tak mampu lagi menalarkan imaji pada tulisanku, Namun tetap memaksaku mengendap pada endapan sepi yang meraung melawan egoisasi.
Dalam tulisan ini, aku hanya ingin segalanya bisa sesempurna seperti apa yang tuhan berikan. Pekat, kuat, hingga kiat menyatu menjadi satu. Walau perbedaan mengenyahkan persamaan, namun mereka tetap mampu hidup dengan penuh keselarasan.
Aku pikir ini akan menjadi satu alasan kita yang tak lagi berdekatan.
       Yang tak lagi berdiri di panggung yang sama, namun tetap menjalaninya dengan penuh tangguhan pertanggungjawaban.