Tak
banyak yang aku lihat di ruangku ini. Hanya sebuah sinar pancar dari arah depan
yang melawan retina. Menunjuk tangan pada jentikan keyboard yang mengajakku
bangkit dan menceritakan. Tentang kamu yang berlama-lama dengan hidupmu.
Menjalin segalanya tanpa aku pasanganmu.
Sungguh, ini hal yang tak pernah ingin kurasakan. Bagiku semua terjalin semacam
air, selama apapun ia diatas ujungnya akan mengalir pada pusat bumi. Begitulah
realitanya.
Aku
tak tahu apa yang harus ku lakukan. Semakin hari rasaku semakin menyelubung
erat dengan dinginku. Ketakutanku semakin ada pada gulungan akut yang tiada
hentinya. Sampai hari ini aku tetap tak mampu mengucap rindu yang selama ini ku
abadikan. Aku semakin malu, aku semakin tak mampu. Jiwaku seakan rentan pada
teriakan diam yang kau ciptakan. Membungkam kuatnya gigitan bibir yang begitu
menyakitkan.
Aku
tak bisa sayang, aku tak bisa menahan kuat rindu yang kau abadikan. Aku ingin
kamu hadir, aku ingin segera bertemu kamu. Kesabaranku tlah berada di ujung
pangkuanmu sayang. Mengertilah, aku selalu bertarung dengan egoku demi kamu.
Berperang dengan rasaku untuk kamu. Apa kau tak pernah paham? Apa kau hanya
memikirkan bahagiamu saja? Tanpa kau ingin tahu bagaimana aku yang sedang jauh
dari sisimu. Seperti itukah?
Aku
hanya tak ingin terus menelungkup kuat tangisku. Mencuri curi isakan yang
setiap malam ku lakukan. Aku lelah ! AKU BENAR LELAH !
Apa
kau tak mau lagi memperdulikan hasrat yang kau ciptakan? Apa kau sudah cukup
bahagia dengan keadaan yang mengelilingimu disana? Lalu bagaimana denganku?
Bagaimana dengan aku yang terus berdiri disini menunggu kamu. bagaimana dengan
kedua kakiku yang semakin lama semakin ingin segera melangkah, bagaimana dengan
tanganku yang juga ingin segera melambai untuk ku nyatakan selamat tinggal.
TIDAK sayang ! aku tak mau menghianati ucapanku. Aku tak ingin menghargaimu
dengan harga ucapan gombalku. Mataku tetap dengan pandangan yang sama. Hatiku
juga tetap dengan arah yang sama. Tapi entah bagaimana rasamu disana, Aku tak
tahu.
Sesekali
kau hanya lewat dalam hembusan angin hirupku. Kau hanya berdiam sejenak lalu
pergi lagi.
Sayang
! ku mohon pedulikan aku, Pedulikan kita.
Aku
tahu waktumu sesibuk itu,
Tapi
jika memang tak ada lagi waktu untuk kau berbagi, mengapa kau berhasil
mengkaryakan rindu dalam rasaku. Tolong, pertanggung jawabkan kelakuanmu !
Jangan ciptakan rindu
bila kau tak mau lagi merindu.